Kader Kesehatan Kota Samarinda Dilatih Atasi Stunting

Pelatihan Kader PP Aisyiah dan YAICI Untuk Hadapi Stunting di Kota Samarinda

Mamuju, Wartabrita.com – Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi salah satu provinsi yang menjadi prioritas penurunan stunting oleh pemerintah. Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Propinsi Kaltim, Riza Indra Riadi meminta keterlibatan semua pihak dalam membantu pemerintah menangani masalah tersebut.

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 & 2022 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus stunting di Kaltim mengalami kenaikan sebesar 23,9 persen pada 2022 dari yang sebelumnya pada 2021 sebesar 22,8 persen.

“Kemiskinan dan migrasi penduduk menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya stunting di Kalimantan Timur, khususnya Samarinda,” kata Riza Indra Riadi dalam keterangan, Senin (9/10/2023).

Hal tersebut dia sampaikan menyusul edukasi kader kesehatan yang dilakukan oleh Majelis Kesehatan PP Aisyiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dalam memerangi stunting. Sebanyak 50 kader Aisyiyah perwakilan sejumlah wilayah di Samarinda mengikuti kegiatan pembekalan yang dilakukan di Universitas Muhammadyah Kalimantan Timur (UMKT).

Pemerintah mengaku mendukung kegiatan yang dilakukan itu karena sangat membantu mencegah stunting. Riza bependapat, para kader tersebut natninya bisa melakukan pendampingan kepada masyarakat terkait pengentasan stunting.

“Saya berharap banyak dengan ibu-ibu karena perlu edukasi juga selain dari pemerintah,” katanya.

Sebelumnya, Aisyiyah bersama YAICI juga telah melakukan koordinasi dengan Puskesmas Lok Bahu guna melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga dengan anak stunting. Saat ini ada sebanyak 29 anak stunting di kelurahan tersebut

“Kami belum bisa menentukan penyebabnya, tapi dari profil keluarganya ini beragam, ada yang memang ekonomi lemah tapi ada juga dari keluarga berada,” kata Kepala Puskesmas Lok Bahu, dr Zulhijrian Noor.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengaku mendapati sejumlah temuan setelah melakukan kunjungan ke keluarga yang memiliki anak stunting. Dia mengatakan, berdasarkan informasi memang terjadi kesalahan pemberian makanan sejak bayi.

“Ada yang dari umur 6 bulan sudah diberi kental manis, ada yang dari usia 3 bulan sudah dikasih bubur dan pisang dengan alasan bayi tidak kenyang, serta lingkungan yang tidak sehat seperti sanitasi dan sampah yang menumpuk,” ungkap Arif.

Pos terkait